Selasa, 25 Januari 2011

Ada - Ada Aja

Ada satu kejadian dipraktek yang membuat aku agak ga nyaman perasaannya. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 23:30, tetapi masih ada satu pasien yang terakhir. Seorang ibu dari luar kota Sumbawa bersama dengan anak perempuan berumur 5thn yang mengeluh demam dan batuk. Aku memeriksanya dengan teliti, agar dapat menentukan diagnosa dengan tepat dan bisa memberikan terapi yang optimal sesuai dengan penyakitnya. Ternyata anaknya terkena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) dan setelah menimbang berat badannya, aku memberinya obat antibiotik, penurun demam dan puyer batuk pilek. Aku sarankan minum obatnya teratur, antibiotik harus dihabiskan, dan jaga makanannya. Aku menyebutkan sejumlah angka untuk pembayarannya. Dia meminta kwitansi agar dapat diklaim di perusahaan tempat suaminya bekerja. Namuuuuuuun alamak, aku terkejut saat dia meminta aku menuliskan pembayaran dikwitansi 2x lipat dari pembayaran yang aku minta dengan alasan untuk biaya transportasi bis dia dan anaknya, terlebih saat itu dia lagi ga punya uang. Aku ga menyangka, bisa mengalami hal ini (mang dipikirnya aku siapa). Dengan sedikit menahan perasaan, aku menjelaskan dan minta maaf karena aku tidak bisa memenuhi permintaannya, ini bertentangan dengan etika dan hati nuraniku. Saya mohon maaf, saya hanya akan menuliskan kwitansi sesuai dengan pembayaran yang saya minta. Jika saya menulis lebih artinya saya melakukan penipuan dan bisa merugikan perusahaan. Dia menjawab, "Perusahaan sebesar itu ga akan rugi kalau kwitansinya ditambah cuma segitu,dok. Lagian, beberapa hari yang lalu saat anak saya masuk UGD, saya lupa meminta kwitansi." (Aduuuh, aku sebenarnya udah lelah krn ini sudah tengah malam tapi ibunya masih ngotot gitu). Maaafkan saya ibu, saya ga bisa melakukannya. Untuk kwitansi yang lupa diminta saat di UGD, mungkin ibu bisa ke UGD untuk memintanya karena mereka pasti punya data pasien yang pernah ditangani. Ehh, Ibunya jawab lagi, "Dokter lain bisa kog dimintain tolong kayak ini." (ya ampun, si ibu malah banding2kan aku dengan dokter lain). Aku menghela nafas dan menjawab,"Maaf ibu, setiap dokter punya prinsip yang berbeda. Saya tetap ga bisa menolong dalam hal ini. Meskipun saya ga ada hubungan dengan perusahaan suami ibu, tapi saya ga mungkin merugikan mereka." Tapi dokter, mereka juga ga akan tau kalo kwitansinya dinaikkan. Ini cuma antara saya dan dokter (Adoooooooow, ibunya nyaut lagi dan aku dah mulai capek berdebat dengan ibu ini). Maaaaaaaf beribuuuuu maaaf ibu, saya menjadi dokter untuk melayani pasien, saya akui saya bukan manusia sempurna tapi prinsip saya akan selalu berusaha bekerja sesuai dengan hati nurani. Saya ingin tidur nyenyak ibu, saya ga mau tidur saya terganggu hanya karena memikirkan saya melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hati. Perusahaan mungkin ga kan pernah tau apa yang saya lakukan, tapi Tuhan tau dan saya lebih takut Tuhan marah karena saya melakukan hal ini.. Ini ibu, aku meletakkan uang separuh dari nilai kwitansi yang diminta beserta kwitansi pembayaran obat yang sesungguhnya. Saya ikhlas memberikannya untuk membantu transportasi ibu (Bukan aku sok baik atau sok pahlawan, sungggggguuuuuuh. Aku hanya ingin hidup tenang, dan ga mau ribet). Mata ibunya berkaca2. Aku cepet-cepet minta maaf, bila beliau tersinggung. Aku menjelaskan bahwa aku tidak berniat jelek, hanya ingin membantu.. Agak tersendat dia berkata bahwa dia minta maaf, sama sekali ga menyangka aku akan berpegang keras pada prinsipku, dia mengira aku bisa diajak kerjasama untuk hal itu, apalagi menurut dia tentu ga ada ruginya untuk aku krn toh dia akan tetap membayar aku. Selama ini dia ga pernah berpikir, Tuhan bisa melihat sekecil apapun perbuatan manusia. Dia lupa, karena selama ini dia merasa nyaman melakukannya. Dia mengucapkan terimakasih padaku karena sudah mengajarkan pelajaran berharga untuk dia dan saya sungguh malu terhadap dokter.. Betapa leganya perasaan saya. Terimakasih Tuhan atas tuntunanmu, sehingga aku bisa menyelesaikan masalah ini dengan berakhir baik.. Aku menutup pembicaraan dengan kalimat, "Bila kita mengakui dosa kita kepada Allah, Ia akan menepati janji-Nya dan melakukan yang adil. Ia akan mengampuni dosa kita dari segala perbuatan kita yang salah." Amiiin. Dia tersenyum dan berjabat tangan denganku sambil mengucapkan terima kasih sekali lagi. Aku pulang ke rumah dengan hati yang sangat tenang.

0 komentar:

Posting Komentar

 
My World Design by: Yanmie at Permata Hatiku