Jumat, 28 Januari 2011

Nyarisss...

Kejadian ini sebenarnya sudah agak lama, bulan Oktober saat aku menjadi Dokter untuk pemeriksaan Haji tingkat kabupaten di Dinas Kesehatan. Kala itu ada pasien laki-laki berumur 45th. Aku mulai memeriksa tekanan darah sambil menanyakan riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga calon TKHI.. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, aku mengecek catatan hasil pemeriksaan awal dipuskesmas pada lembaran awal buku.. Nampaknya semua dalam batas normal. Okeee.. Aku melanjutkan pemeriksaanku dengan teliti. Aku menemukan sedikit kelainan, pasien tampaknya agak pucat atau kecenderungan kulitnya agak kuning.. (Apakah mungkin ia kurang darah?) Perutnya terasa kembung atau sedikit bengkak.. Namun menurut keterangan darinya, tidak ada keluhan sakit, lemas, kembung, mual, muntah, demam, ataupun diare. Perasaanku amat tidak nyaman, karena dari raut wajahnya sendiri nampak kurang fit (atau mungkin dia kelelahan).. Aku menyampaikan padanya, bahwa aku belum bisa menandatangani bukunya dan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap, aku akan memberikan pengantar laboratorium padanya. Tapi dia menolak dengan alasan dia merasa tidak sakit jadi untuk apa diperiksa darahnya. Kenapa dokter mempersulit saya untuk naik haji? Aku sampaikan, bahwa tidak ada niat sama sekali mempersulit apalagi menghalangi orang dengat niat baik untuk beribadah..Ini adalah prosedur yang harus dijalankan bila dokter mencurigai ada penyakit tertentu,pak.. Saya bersyukur seandainya memang salah menduga, tapi untuk memastikannya saya perlu hasil laboratorium itu,pak..(Kalo sampai ia menolak, aku tetap ga kan tandatangan). Akhirnya dia bersedia. Singkat cerita hasil laboratoriumnya hemoglobinnya agak sedikit turun dan ya ampun SGOT, SGPT, gamma GT nya tinggi.. Aku menduga mungkin terkena Hepatitis atau Sirosis Hati.. Aku konsulkan Calon TKHI ke Dokter Spesialis Dalam untuk diberikan terapi.. Beberapa waktu lewat bahkan hampir melupakan kejadian itu sampai satu saat dipuskesmas, salah seorang stafku menyampaikan "Dok, TKHI yang dulu dokter suruh periksa laboratorium dan dikonsulkan ke RS itu sudah meninggal" (stafku ini bagian imunisasi saat pemeriksaan TKHI). Aku terkejut dan tiba2 teringat buku yang aku ga mau tandatangani itu.. Stafku meneruskan pembicaraannya "Maaf dok, sebenarnya saya mengenal beliau dan saya juga mengetahui beberapa waktu lalu dia sakit. Saya sudah sarankan untuk menunda keberangkatan hajinya sampai pulih benar.. Tapi dia tetap keras pada pendiriannya. Nah, saat mau diperiksa dia katakan pada saya untuk tidak menceritakan ke dokter bahwa dia sakit. Tetapi saat saya tau buku miliknya dipegang dr Selvi, saya katakan waaaah, saya ga akan bocorkan tapi rasanya sulit untuk lolos karena dr Selvi orangnya sangat teliti dan ternyata benar.. Dokter suruh periksa darah.. Saya katakan, benar kan dokter itu ga kan bisa di bohongi." Aduuuuuuuh, kenapa juga dia harus menyembunyikan penyakitnya. Justru kalau ketahuan penyakitnya lebih dini kan bisa diobati. Percuma juga bisa berangkat Naik Haji tapi disana sakit, justru malah ga bisa beribadah. Ya amplooop.. Nyaaaarisss aja.. Aku bersyukur pada Tuhan diberikan Hikmat Ilmu Pengetahuan.. Bersyukur bahwa meskipun pemeriksaan masing-masing orang menghabiskan waktu yang cukup lama karena kuperiksa dengan teliti, aku legaaaa karena hasilnyapun menjadi akurat dan ga ada yang terlewatkan.. Dan aku ga kecolongan hehe.. Semoga Amal Ibadah bapak itu diterima disisi Tuhan,  Amiiin.

0 komentar:

Posting Komentar

 
My World Design by: Yanmie at Permata Hatiku